Pernikahan dan Cerita Seorang Sahabat

21.04

- 17 November 2012 -

Source: http://vivifypicture.com/wp-content/uploads/2011/12/Carnation-wedding-bucket-570x570.jpg

     Hari ini saya membantu salah seorang saudara saya yang menikah. Saya diminta bantuannya untuk menjadi penjaga buku tamu. Pernikahan salah seorang saudara saya ini digelar dalam pernikahan adat Jawa. Sebagaimana adat asal kedua mempelai (baik perempuan dan pria).

     Memang saya ini kan paling ribut kalau sudah urusan dandan. Sebab musabab memang saya tidak bisa dandan plus tidak suka dandan. By the way, dandan dalam bahasa baiknya disebut rias. Ha ha. Saya toh juga tidak senang mengenakan riasan wajah. Tapi Alhamdulillahnya, si perias kali ini tidak cerewet dan terlalu 'ngadati' sebagaimana perias yang biasa dipakai oleh orang punya hajat. Paling saya yang minta sendiri untuk memakai jilbab saya. Sebab seperti biasa, kalau ditata jilbabnya sama si perias, biasanya bagian dada terlihat dan terlalu ramai dengan aksesoris yang blink blink (silau banget tuh pasti nanti). 

     Tapi acara hari ini tadi menarik sebab Alhamdulillahnya, saya dipasangkan dengan seorang rekan yang merupakan mentor AII yang juga rekan mentor AII saya ketika semester 1 lalu. Beliau memulai pembicaraan luwes pagi tadi dengan kalimat, "Mbak kalau menikah besok tidak seperti ini dik konsepnya?"

     Lantas saya bertanya kepadanya,"Islami ya, Mbak?"

     "Insyaallah. Mbak ingin akhwat dan ikhwan dipisahkan ketika bertamu baik duduk dan penyambutannya, Dik. Sebelum terdengar kata sah, Mbak akan berada di dalam kamar bersama dengan keluarga Mbak dan tamu-tamu yang perempuan, Dik."

     "Lalu bagaimana, Mbak?"

     "Intinya, Mbak ingin konsepnya sungguh benar-benar Islami. Tapi yah memang tantangannya adalah adat di sekitar kita dan keluarga sendiri, Dik."

     Setelah kalimat itu, saya pun berpikir keras. Benar juga. Itu sebuah tantangan. Hem, menapaki jalan yang baik itu memang selalu ada tantangannya. Bismillah.

     "Saya juga ingin seperti itu, Mbak."

     "Insyaallah bisa, Dik. Yang penting sekarang adik banyak belajar. Sudah pernah dengar sebuah cerita tentang seorang suami yang luar biasa?"

     "Yang mana ya, Mbak?" << ini jawaban karena sering banget dengerin cerita orang. (ahhh masak? apa nggak karena sinetron atau FTV *plak *stop) 

     "Ada sepasang suami istri. Sesudah menjalani pernikahan empat tahun, si istri tak kunjung hamil. Akhirnya, suami istri tadi mencoba memeriksakan keadaan kesehatannya ke sebuah rumah sakit. Seusai diperiksa, suami menemui dokter terlebih dahulu sebab sang istri masih di ruang periksa dan belum selesai berganti pakaian. Kemudian si dokter menyampaikan berita terlebih dahulu kepada si suami bahwa sang istri-lah yang tidak baik kesehatannya sehingga tidak harapan untuk memiliki seorang anak. Dokter berkata bahwa tidak mungkin memiliki anak dari istri tersebut. Namun apa yang terjadi selanjutnya?"

     Saya masih mendengarkan dan masih terpaku.

     "Sang suami meminta kepada dokter agar menyampaikan bahwa yang tidak sehat adalah si suami. Sebab besarnya rasa cinta dan sayangnya suami kepada istri, sang suami tidak sampai hati melihat istrinya terluka. Mulanya dokter menolak sebab melanggar etika, namun pada akhirnya mengiyakan sebab permintaan suami yang berkali-kali tadi. Ketika istri tiba, disampaikanlah bahwa sang suami yang tidak mungkin memiliki anak. Lalu pulanglah suami-istri tersebut. Satu tahun berjalan, si istri tiba-tiba meminta cerai dari sang suami sebab ia ingin sekali memiliki anak dari rahimnya sendiri. Ia merasa tidak betah hidup dengan suaminya yang tidak mampu melengkapi impiannya untuk memiliki anak dari rahimnya (sebab anggapan bahwa suaminya yang tidak sehat). Namun sang suami bersabar. Ia tidak meluapkan kenyataan tersebut. Lalu dengan berkata halus kepada istrinya, sang suami meminta istri untuk menunda permintaan cerainya setahun lagi. Ia meminta sang istri bersabar satu tahun lagi dengan harapan Allah akan memberikan seorang putra bagi mereka. Sang istri pun dengan berat hati menyetujuinya."

     Subhanallah. :-D

     "Kemudian satu tahun berikutnya, ternyata sang istri mengalami gagal ginjal yang menyebabkan ia harus melakukan operasi. Namun sayang, belum ada pendonor ginjal. Tiba-tiba sang suami berpamitan kepada si istri. Ia berpamitan akan meninggalkan istrinya untuk pergi bekerja di luar kota. Sang istri yang memang sudah tidak enak hatinya dengan suaminya itu hanya menggerutu. Ia protes kepada suaminya mengapa meninggalkan ia saat sakit seperti ini. Namun, pada akhirnya sang suami pun pergi. Akan tetapi, sang suami ternyata tidak pergi keluar kota melainkan mendonorkan ginjalnya kepada sang istri. Ia sekali lagi meminta kepada dokter untuk tidak memberitahu istrinya bahwa pendonor ginjalnya adalah suaminya. Hari demi hari istri kembali pulih begitu pula dengan sang suami. Setelah pulih benar, suami tersebut kembali kepada istrinya. Si istri menyambutnya agak gembira. Beberapa waktu kemudian sebelum si istri menuntut kembali perceraian kepada si suami, si istri divonis hamil."

     Subhanallah. Sungguh kuasa Allah memberikan jalan yang terbaik kepada hambanya. Yang tidak mungkin bagi nalar manusia, mungkin bagi Allah.

     "Pada akhirnya, kehidupan suami istri ini kembali harmonis sebagaimana dahulu. Suatu hari si suami benar-benar pergi keluar kota sebab pekerjaannya. Namun sayang, buku hariannya tertinggal di rumahnya. Sang istri yang tidak tahu menahu membaca buku tersebut. Betapa kagetnya sang istri mengetahui ragam perjuangan suami demi membahagiakan dirinya. Seketika istri menangis begitu derasnya. Air matanya sungguh tak terbendung. Ia lalu bergegas menghubungi suaminya dan sungguh-sungguh minta maaf. Ia berulang-ulang meminta maaf. Terus dan terus. Suaminya kemudian menjawab singkat bahwa suami tersebut telah memaafkan sang istri lahir dan batin. Subhanallah."

     Subhanallah. Ada ya suami yang seperti itu. Hem.

     "Itu cerita fakta loh, Dik." 

     Itulah sedikit cerita yang bisa aku bagi hari ini. Insyaallah bisa memberikan kita pelajaran ya. Ha ha. 

     Bersabarlah, hari itu pun akan tiba. Sosok yang kita tunggu pun juga bisa datang di saat yang tepat. Ha ha.

- Anggi Siregar -

You Might Also Like

2 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images