Semoga Berkah, Begitu Saja Harapku

12.44

"Yang buat ini dan jubah itu kamu?"
"Iya,"
"Wah hebat! Kamu lagi 'nggak sibuk?"
"He he he..."

------------------------------------------------

Akhirnya menulis juga. Rasanya banyak sekali topik yang ingin aku tulis. Mulai dari tentang Papa (karena kemarin Selasa beliau berulang tahun) sampai dengan menulis kembali seri Menjadi Anak Perempuan. Tapi karena aku tengah penat dengan sesuatu yang tengah aku perjuangkan saat ini, maka aku pikir lebih baik aku menulis perihal ini dulu. Agar penat aku menepi, dan aku bisa melegakan separuh ruang di otak dan hati ini.
Hem...

Janganlah kalian tertawa menyeringai atau bahkan mengerutkan dahi tanda tak mengerti. Kali ini perihal pekerjaan mungkin. Entahlah. Mungkin aku terbawa suasana rindu rumah yang teramat sangat ditambah sedang tidak ada rekan untuk bercerita tuntas tentang segala khawatirku hingga sekarang apa yang bercokol dalam hati dan otak ini membuat secara fisik aku merasa lelah. 



Hari Minggu kemarin aku sehabis dhuhur pergi ke Nurul Iman sebab akan ada latihan pementasan drama. Sekaligus tugasku untuk menyelesaikan kostum para pemain. Kalian tau kan aku anaknya suka mengerjakan sesuatu yang aneh. Awalnya aku juga tak menyangka akan bisa. Dimulai dari bersukarela, nekat, sampai bisa. Proses seperti biasa yang aku lalui. 

Hari itu kebetulan juga Akang diberikan sehat dan sempat untuk juga datang membantu persiapan ke Nurul Iman sampai obrolan itu terjadi. Hem. Itu sebenarnya hampir sebuah pancingan bagiku. Beberapa hari sebelumnya, dengan banyak PR dimana-mana membuat aku hampir menangis bukan karena aku tidak kuat, kadang aku memang suka hampir menangis mungkin sekali lagi karena lelah tapi ya lagi-lagi entah karena apa. 

Mengapa kemudian pertanyaan Akang seperti 'pancingan' bagiku? Sebenarnya dia adalah orang yang enak diajak mengobrol atau bertukar pikiran. Tapi aku bukanlah tipikal pengeluh yang bisa bercerita tentang lelah yang tak tau darimana ini kepada sesiapa saja. Terlebih lagi, aku sedang tidak ingin membuat Akang yang baik hati ini menjadi penat mendengar cerita tak penting dan tak jelas ini. Jadi aku jawab seperlunya. He he. Begitu jawabku. Dan kami pun mengalihkan topik soal komunitas.

Well, mari kita melepas 'ngilu' ini. Sebenarnya aku sudah memutuskan untuk hidup berbahagia. Ya, sudah semenjak dahulu. Semenjak aku berdamai dengan segala amarah, ambisi, dan anggota keluarga perasaan itu. Sempat aku menjadi merasa sakit tiba-tiba atau bahkan mengeluarkan air mata tanpa tau apa sebabnya. Tapi aku tahu, aku haruslah berbahagia. Sungguh-sungguh berbahagia. 

Oiya, aku juga tipikal anak yang jarang bercerita mengenai gagalku, masalahku, atau sedihku, atau ancaman di sekitarku, termasuk peringai orang-orang di sekitarku kepada orang tuaku. Mengapa? Karena aku selalu menginginkan orang tuaku tidak terlalu khawatir atas diriku apalagi bersedih usai berusaha semampu mereka untuk menjaga sehatnya dalam rangka menunggu kabar bahagia dari anak-anaknya. Maka dari itu, hanya kabar gembira, prestasi, orang baik di sekitarku, dan segala hal baik-baik yang terjadi di sekitarku yang aku bagikan. Cukup banyak menjadi bahan cerita tentunya. 

Lalu apa yang terjadi dengan kebiasan 'mengiyakan', 'menambah pekerjaan', dan terkesan mempersulit diri sendiri yang aku miliki? Aku belakangan merasa beberapa orang di sekitarku yang paham lemahku ini semakin menekanku. Ha ha. Tapi mereka juga tak bersalah sih. Aku sendiri yang terkadang datang dan menawarkan diri. 

Terkait dengan beragam kerajinan yang makin menjadi saja yang aku buat, itu sebenarnya pertanda bahwa aku tengah penat melakukan pekerjaan besarku, pekerjaan utamaku. Aku sedari dulu memang begitu. Semakin banyak pekerjaan besarku (utamanya yang berhubungan dengan hal formal), biasanya membuat aku bingung untuk memulai darimana dan malah berakhir dengan 'pelarian'. Tapi ya syukurlah 'pelarian'ku ini positif juga kalau dipikir-pikir. 

Dulu aku pernah menyelesaikan menulis sebuah buku akibat 'pelarian' ini. Dalam penat, aku akan terbiasa merasa bingung, sesak, dan pada akhirnya 'melempar' diri pada jenggala kesukaan. Bisa jadi menulis, bisa jadi menggambar, bisa saja menjahit, bisa saja sekedar bernyanyi, bisa saja memasak, bisa saja beres-beres rumah, bisa saja membuat kreasi kertas, bisa saja membaca, atau yang paling terakhir adalah tidur. Ya, aku merasa tak ada beban malah cenderung semakin terpicu rasa bahagianya bahkan akan larut dalam pusaran keasyikannya.

Setelah itu, setelah separuh penat itu tersisih dan tak banyak lagi yang aku pikirkan, aku akan mengambil kertas kosong dan alat tulis lalu mulai membuat catatan. Membuat rencana dan agenda. Step by step apa yang perlu aku lakukan. Nah, kali ini menulis blog inilah yang menjadi 'pelarianku'. Maafkanlah kebiasaan burukku ini.

Sebenarnya entah aku sedang sibuk atau tidak, tapi memang sedang ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Membuat kostum itu aku lakukan dengan senang hati sehingga itu pun menjadi 'pelarianku' dari segala daftar PR atas segala macam yang tengah aku perjuangkan. Ha ha. Ditambah aku sedang ada rindu sehingga jadi semakin sensitif saja. Ha ha.

Yah, tak bisa aku mengeluh masing-masing yang aku kerjakan. Sebab masing-masing yang aku kerjakan itu telah aku mulakan dengan niat untuk membuatku semakin bahagia dan menjadikan diri bermanfaat di dunia. Harapku, semoga sibukku sibukmu, sehatku sehatmu bisa membawa keberkahan. Semoga juga dapat dituai kebermanfaatannya oleh orang lain di sekitar kita. Aamiin Ya Rabb.

Terima kasih blog. Terima kasih teruntuk kalian semua.



You Might Also Like

1 komentar

  1. Aku pernah tuh ngerasain mau nangis tapi entah karena apa. Aku tau rasanya, dan solusinya juga banyak. Sering kayak yang kamu lakuin (ngelakuin apa aja yang disuka) bisa juga cerita ke pendengar yang baik, nangis, trus lega. Aku biasanya gitu sih Nggi.
    but i know you always pretend that you are fine. So, if you need friend to talk, you can call me loh. Aku disini siap sedia nelponin :))

    BalasHapus

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images