Sales Girl!

21.07

- 22 Oktober 2012 -

Perenungan hari ini adalah lebih memaknai minggu-minggu ini seperti minggu-minggu jam padat kerjanya si salesgirl. 

Saya selalu merasa bahwa hari demi hari saya HARUS melangkah dari satu anak tangga kepada anak tangga yang lainnya. Memang saat dalam perjalanan menuju impian, kita tak akan pernah merasa (benar-benar) puas kan (?!).


Yah, setelah kemarin-kemarin saya cukup puas menaiki satu per satu anak tangga, kini langkah itu semakin tak mudah saja. Ingat pepatah, semakin tinggi pohon tumbuh, semakin keras pula angin yang menerpanya. Yah, aku masih benar-benar tidak mau tumbang dan menyerah pada keadaan.
Belakangan ini pula, kondisi tertolak dan diterima silih berganti dalam babak-babak seri kehidupan sehari-hari.

Sabtu lalu, saya mendeklarasikan diri bahwa saat ini saya benar-benar dalam fase sebagai salesgirl. Kesana kemari 'jualan jamu'. Yah, tentu saja koar-koar (agak mantap dan terlalu PD) tadi, guna 'menjual' pribadi saya.

Saat ini, semua yang ada di dalam diri saya adalah sebuah barang dagangan. Kemampuan dan/atau kebisaan saya kebetulan menjadi sebuah nilai gizi baik dari barang dagangan yang saya tawarkan. Sementara itu, kelemahan dan/atau ketidakbisaan saya justru menjadi bahan pengawet yang boleh jadi menimbulkan efek samping pasca konsumsi dari produk dagangan saya. 

Apa yang saya jual juga memiliki masa kadaluwarsa yang sangat riskan bagi saya. Tidak semua konsumen juga cocok dengan tenggat waktu ketahanan barang dagangan saya.

Uniknya, dalam menjual barang dagangan tersebut, kita bisa memilih pasar kita sendiri dan menentukan nilai jual kita. Barang dagangan yang tidak memiliki barang subtitusi dan mampu menguasai pasar monopoli sungguh jarang, namun menjadi favorit bagi para konsumen di level tertentu. Sayangnya, saya sedang tidak benar-benar merasa fit untuk dikategorikan dalam barang-barang yang tak bersubtitusi tersebut. Hal ini berarti barang yang saya jual memiliki KOMPETITOR, yang bisa jadi memiliki nilai unggul dari segi yang bermacam-macam rupa atau sama karakteristiknya dari barang dagangan saya (yah, meski tidak identik).

Namun ya itu, nilai perbandingan itu lah yang perlahan-lahan memperbaiki kualitas produksi barang dagangan saya. Koreksi tersebut tentu saja membawa peningkatan segi produksi output saya.

Yah, sabar. Jadi salesgirl harus sabar mengetuk pintu masing-masing 'rumah orang' untuk mendapatkan 'hati' orang tersebut agar barang dagangannya dibeli oleh si pemilik rumah. Yah, saya sedang mengetuk dua rumah. Si pemilik rumah sedang pergi dan pembantunya meminta saya meninggalkan contoh 'produk' saya dan meninggalkan pesan. Beberapa hari lagi, saya berharap ada 'panggilan' dari rumah-rumah tersebut dengan memberi kabar gembira. 

Salesgirl oh salesgirl.

- Anggi Siregar -

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images