Menjadi Anak Perempuan: Bakti Sebelum dan Sesudah Menikah

17.42

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad; shahih)



"Nggi, kenapa kamu kalau liburan malah main sama orang tua kamu sih?"

Ini adalah pertanyaan yang sedari dulu ada dan beberapa kali muncul sampai dengan saat ini. Kenapa sampai sekarang? Ya, ketika aku pulang kampung, beberapa kawan mengajak bermain, tapi seringkali terbentur pada itinerary yang sudah disiapkan oleh Mama. Aku tak pernah memprotes itu sih. Soalnya kalau jalan sama orang tua mah pasti lebih banyak enaknya daripada enggaknya. Ha ha. Tapi hal ini yang seringkali diprotes orang. Sewaktu kecil ku pun demikian.

Semenjak kecil sampai SMA, aku kebanyakan menghabiskan waktu akhir pekan dengan kedua orang tuaku. Intensitas kegiatan jalan kami ini entah bertiga (tanpa hasian) atau berempat ini kemudian berkurang saat aku di masa kuliah. Lebih lagi saat aku sudah di Jakarta. Tapi memang bila aku pulang ke rumah, akhirnya hari libur kuhabiskan dengan kedua orang tuaku.

Baiklah mengapa aku berlaku demikian? Memberikan prioritas waktu itu kepada orang tuaku? Ha ha sederhana, karena aku anak perempuan. Aku merasa bahwa waktu yang kumiliki untuk kedua orang tuaku akan lebih sedikit ketimbang waktu Hasian (adikku laki-laki) kepada mereka. Aku akan berpindah menjadi tanggung jawab orang lain (suamiku) selepas menikah dan itu berbeda dengan Hasian yang justru akan menanggung beban calon istrinya lepas menikah nanti.

"Kak, kenapa Mama syarat ke kamu cuma gitu kok kalau aku banyak banget?"

Ceritanya Hasian protes karena syarat untuk calon pasangan yang disampaikan kepada kami itu memberatkan buat dia. Sederhana, karena aku anak perempuan sementara dia anak laki-laki. Mama mengatakan alasan lebih lanjut bahwa selepas aku menikah aku akan berpindah mengikuti suamiku. Menjadikan suamiku prioritas dibandingkan kedua orangtuaku. Kalau Hasian? Kebalikannya, selepas menikah Mama masih nomor satu, baru Papa, baru istrinya. Ia akan membawa istrinya kelak ke dalam lingkar keluarga kami. Ia lebih memiliki kewajiban untuk menjaga kedua orang tuaku lebih daripada aku.

Ketika ijab kabul diucapkan. Sah. Maka seketika itu pula tanggung jawab atasku berpindah dari Papa ke suamiku. Apa yang diperintahkan suamiku, aku harus lebih taat kepadanya daripada orang tuaku. Suamiku akan menjadi sebab surga bagiku. Baktiku seketika berubah kepada suamiku untuk mengejar pintu surga itu. Insya Allah Mama dan Papa tau itu.

Kalau Hasian? Setelah ijab kabul diucapkan. Sah. Maka seketika itu tanggung jawab atas seorang wanita berpindah kepadanya. Ia menjadi pemimpin keluarga dan ia harus menjaga wanitanya sementara ia tetap harus berbakti kepada kedua orang tuaku. Terlebih Mama.

Bagi anak perempuan, menjadi sebab terbukanya pintu surga baginya ada empat hal sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits yakni sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, menjaga diri dari perbuatan zina, dan taat kepada suami (selama tidak melanggar perintah Allah). Oleh sebab itu baktinya selepas menikah adalah kepada suaminya.

Dan bagi anak perempuan yang belum menikah bagaimana? Bagi anak perempuan yang belum menikah, maka ia menjadi tanggung jawab orangtuanya terutama ayahnya. Termasuk dalam urusan nafkah atau membiayai aktivitasnya. Sesungguhnya juga, anak perempuan bisa menjadi sebab surga dan neraka bagi ayahnya. Hem, soal itu, akan kita bahas di tema lainnya. Oleh sebab itu, ia wajib berbakti kepada kedua orangtuanya.

Nah oleh sebab itu teman-teman, aku masih dalam masa berbakti kepada orang tuaku. Mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya dari waktu yang terbatas ini untuk menyenangkan kedua orangtuaku, patuh, dan memberikan prioritas kepadanya. Harap maklum bila ada satu dua jadwal bentrok dan aku lebih memilih memberikan waktu kepada kedua orangtuaku. Hehe.

Sebagai anak perempuan, kita sebaiknya berilmu. Kita sebaiknya paham bahwa bakti kita akan berbeda sebelum dan sesudah menikah. Pun kita sebaiknya paham bahwa bakti anak perempuan juga berbeda dengan anak laki-laki. Jangan sampai kita menjadi orang yang kurang ilmu yang malah nantinya menjadi sebab permasalahan ketika kita berumahtangga dengan melarang suami kita untuk berbakti kepada orangtuanya (utamanya ibunya) dan minta agar kita lebih diprioritaskan. Jangan sampai ya teman-teman.

Semoga dilapangkan usaha kita untuk berbakti kepada orang tua kita dan kelak dimudahkan mendapat suami yang paham juga tentang hal ini dan bisa menjadi sebab terbukanya pintu surga bagi kita. Aamiin ya Rabbal'alamiin.

- Anggi Siregar -

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images