Aku dan Sepedaku yang (sama-sama) Tua

13.50

- 15 April 2012 -

(Gambar sekitar tempat servis motor dari spion motor)

  Hari Minggu, 15 April 2012. Efek dari tragedi mogoknya motor Vario milikku mengharuskan aku membawanya ke 'dokter' motor pada hari Minggu ini. Sengaja dibangunkan pagi-pagi oleh mama dan papaku untuk membawa motor ini memenuhi janjinya dengan 'dokter pribadinya' yang terletak di sekitar Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Klaten.


     Sebab yakin bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sia-sia, maka aku putuskan untuk membawa kamera pocket milik papa. Dan setelah mendaftar dan mendapat giliran servis nomor 2 (dua), aku putuskan untuk meninggalkan tempat servis sambil berjalan-jalan menyusuri pedestrian way yang tersedia meskipun keadaannya tidak begitu membanggakan (cenderung memprihatinkan). Menikmati udara (yang masih) pagi, pikirku. 

     Aku pikir kabupaten tempat aku lahir dan tumbuh dewasa ini memang cukup tenang dan tepat pilihan bagi penduduk lanjut usia. Aktivitas pedagang kaki lima yang mungkin hanya muncul di pagi hari menjajakan aneka rupa jenis pangan sarapan pagi. 

Warung Lesehan Bubur, Tumpang, Letok Koyor, Klaten.

Penjaja Nasi Gudangan 

     Jika aku dan motorku (Vario) adalah pasangan era modern, berbeda dengan yang berikut ini. Beruntung aku bertemu (lagi) dengan tokoh berikut. Kini, tampilannya sedikit berbeda. Lebih baik. Meski hanya tampak luarnya saja yang lebih baik. Setidaknya kini ia mengenakan sandal dan atasan yang tidak rusak. 

(Seorang Bapak yang homeless (tunawisma) dengan sepeda dan keperluan hidupnya)

     Pria berusia lebih dari setengah abad ini menuai kisah prihatinnya. Mulai dari kesulitan menggunakan dan 'mencerna' bahasa Indonesia dan hidupnya di Klaten yang nomaden. Beliau bertutur bahwa sebenarnya ia memiliki rumah tapi tak memilikinya (kini). Anak-anaknya telah berkeluarga dan tidak tinggal serta tidak mengizinkan beliau untuk tinggal bersama.

     Untuk makan, kini ia hanya dapat mengandalkan pemberian orang lain. Untung saja ia bukan termasuk pengumpat. Beliau orang yang cukup sopan. Ketimbang mengendarainya, beliau lebih sering untuk menuntun sepeda (yang sama-sama) tua tersebut.

     Beliau bertutur bahwa ban nya justru lebih bisa awet jika sepedanya tidak dikendarai olehnya.

     Yah, bagaimana juga, setiap orang juga memiliki latar belakang peristiwa berbeda yang bisa mempengaruhi kepada kehidupannya yang sekarang. Menghargai saja. Don't judge people just from their outlook :) hehe. Percayalah sebutir kebaikan akan membawa kebahagian.

- Anggi Siregar -

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images