Merdeka Sehari Saja

22.26

- 17 Agustus 2012 -

   Enam puluh tujuh tahun sudah Indonesia merdeka, dan saya masih dalam langkah saya mempelajari makna hari kemerdekaan. Merdeka seperti apa yang dahulu dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, Bung Karno, Bung Hatta, dan oleh seluruh pahlawan yang telah gugur demi terciptanya sebuah hari yang kita sebut hari kemerdekaan (independence day). Ya, sebuah saja hari kemerdekaan. (?!)


        Ada satu hari kita benar-benar merasa dan benar-benar bangga menjadi seorang bangsa Indonesia (hari merdeka, 17 Agustus). Ada satu hari dimana kita benar-benar khidmat mengikuti upacara bendera (hari merdeka, 17 Agustus). Ada satu hari saat kita benar-benar menghormat dan mengagumi kibaran Sang Merah Putih (hari merdeka, 17 Agustus). Dan, ada satu hari dimana media benar-benar bersatu dengan pemerintah untuk menunjukkan luapan cintanya terhadap Indonesia, menonjolkan sejarah, dan menapak tilas perjuangan pahlawan bangsa (hari merdeka, 17 Agustus).

dokumentasi pribadi: PRATA - 17 Agustus 2008
      Beberapa tahun lalu, sungguh berbeda dengan hari ini. Puluhan tahun lalu, sangat berbeda, dengan beberapa jam belakangan ini. Harapan dan aksi dalam memaknai kemerdekaan yang sangat berbeda.

        Sadarkah kita dari ilustrasi kata-kata di awal tulisan tak berguna ini sekedar bermaksud menyentil kalbu kita. Ya, kita seolah benar-benar merdeka hanya sehari saja. Tidak merdeka di hari lainnya. Atau bila tidak mau dikatakan tidak merdeka, bisa diperhalus lagi menjadi BELUM benar-benar merdeka pada tangal 1, 2, 3, 4, atau di tanggal-tanggal lainnya dan di bulang-bulan lainnya.

        Dulu, ketika saya duduk di bangku SMA, ke-khidmatan mengikuti upacara bendera di hari-hari lain sungguh tak semegah upacara hari kemerdekaan. Saat itu, di hari-hari biasa, tidak ada yang mensakralkan makna menghormati para pahlawan, merenungi makna mengisi hari-hari pasca deklarasi kemerdekaan, atau sekedar benar-benar menghormat sang merah putih kecuali para petugas upacara (terlebih pengibar bendera). Kami (pengibar bendera) berhari-hari di'jejal'i rasa hormat dan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia dan bendera kita, merah putih. Kami selalu dipenuhi kisah-kisah yang mengisi batin kami penuh dengan rasa sulitnya mencapai kemerdekaan sehingga kami benar-benar tahu apa yang harus kami lakukan demi negeri. Kami tidak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan biasa-biasa, dan tidak pernah hati kami tidak bergetar bila mendengar Indonesia Raya berkumandang. 

        Namun, mengapa hanya pengibar bendera. Namun, mengapa tak semua saja bisa merasakannya. Mengapa? Saya rasa ada yang salah. Ya, tibalah kita di saat kita benar-benar mengalami masa yang saya sebut dengan nasioanlisme yang momentum. Ya, kita benar-benar menjadi orang yang sangat nasionalis di kala-kala tertentu saja. Tak setiap hari. Oleh karena itu, inilah yang pada akhirnya kini dan akan terjadi kemudian, Merdeka Sehari Saja.

        Inilah persembahan kecil, renungan kecil, sebagaimana anak kecil yang menatapi kibaran bendera Sang Merah Putih, di tengah hiruk pikuk dan huru hara, di tanah Ibu Pertiwi. 

- Anggi Siregar -

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images