-16 Februari 2013-

Pada siang hari di hari Jumat, 15 Februari (beberapa jam lalu), aku dan seorang sahabat menghabiskan waktu berbincang selama waktu santap siang tersebut. Perasaan. Itu yang kurang lebih banyak kami perbincangkan.

Seketika, aku pun mempertanyakan kembali pada diriku sendiri mengenai sebenarnya apa yang aku rasakan. Apakah ada yang berbeda dengan aku belakangan ini atau bagaimana. Benar, perubahan kecil, kadang tak begitu terasa jika engkau yang melakukannya. Sementara sahabat di sekitarmu terkadang yang menegurmu bilamana tiba-tiba engkau tersenyum seorang diri. (yang terakhir tidak terjadi padaku kok, santai).

Nah, saat aku putar lagi otak, aku putar lagi memoriku, semua orang toh punya perasaan untuk merasakan kan ya. Termasuk aku. :-) Tapi perbedaannya adalah bagaimana tiap tiap individu itu menginterpretasikan perasaan itu dalam bahasa lugas dan tindakan. :-)

Baiklah, kemudian sahabatku bertanya, 'Kalau suatu kali dalam perjalanan itu tiba-tiba datang kepadamu orang yang menyukaimu dan menyatakannya padamu bagaimana?'

Aku mungkin akan memintanya menyiapkan diri dan memintakan diriku ke ayahku. Haha. Tapi ya mungkin harus menunggu aku selesai S1 dulu kan ya. Haha. 

Sebenarnya, belakangan ini, aku dan kawan-kawanku anak perempuan sudah banyak membicarakan masalah bakal keluarga kami nanti masing-masing. Semua begitu saja. Menggambarkannya seideal mungkin. Sebagaimana yang baik menurut kami saat ini. Dan di akhir percakapan selalu diakhiri dengan kalimat, 'Ya nanti lihat suami gimana deh." Haha. Ujung-ujungnya kami tertawa dan memimpikan sesuatu lalu menggantungkannya kembali. 

Tapi benar juga. Aku tidak merencanakan kehidupanku nanti seorang diri. Aku harus menjadi partner yang baik, pendamping terbaik yang akan dimiliki oleh pasanganku di kelak kemudian hari nanti. Haha. 

Suka dengan kalimat ini deh.

-Bukan di ubun-ubun, bukan di kaki, melainkan di tulang rusuk sebab ia dekat dengan hati.- 

Haha.

-Anggi Siregar-