Ada Apa Dengan Mega (?)

23.41

"Ha serius, Meg? Kok bisa tiba-tiba gitu? Kamu, Meg?"


Beberapa waktu lalu, aku mendapat firasat bahwa salah seorang sahabatku akan berhenti melajang. Cuma firasat ini belum dibenarkan sampai suatu hari, Mega mendadak ngotot untuk meneleponku. Pembicaraan yang berlangsung sampai dengan pukul 2 pagi di hari kerja itu, sungguh bukan pembicaraan singkat yang juga justru menganakpinakkan pertanyaan-pertanyaan baru bahkan saat telepon sudah ditutup.

Ini bukan kali pertama ada temanku yang sebaya yang mengumumkan akan menikah. Tapi mengapa yang ini berbeda? Hem. Aku rasa karena yang akan menikah adalah Mega. Ini karena ia yang akan menikah adalah Mega. Mega. Em E Me Ge A ga, MEGA. 

Eits, jangan berburuk sangka pada apa yang aku tulis. Aku juga bukan bermaksud untuk meragu atas apa yang akan Mega jalani. Tapi ini memang agak sedikit aneh.

Jauh jauh hari saat aku masih di Jogja, masih konco kenthel skripsi TOD itu, Mega sudah bercerita bahwa ia kembali dekat dengan Mas Zeindha. Sejak saat itu juga aku sudah ada firasat bahwa mereka akan menikah. Segera. Tapi keyakinan atas segera itu belum menguat sebab belum ada cerita kembali yang menguatkan hipotesis itu. Premis belum menguatkan hipotesis. 

Bahkan beberapa kali setelah itu, ada pariwara yang lewat sambil lalu. Ada cerita singkat-singkat yang numpang lewat layaknya running teks berita berita tv kekinian. Mega belum menunjukkan bahwa akan ada permikahan segera. Tapi atas keyakinan itu, sejak 2015, aku bahkan sudah membeli majalah pernikahan dan menawarkan diri untuk membantu persiapan Mega. Hanya Mega tak memberikan pertanda bahwa itu akan terjadi segera. 

Dan jereng jeng jeng... 2 bulan sebelum hari pernikahan itu tiba, barulah ia ngotot telepon dan membeberkan semuanya. Spontan pertanyaan di atas muncul diiringi isak tangis (yah, maaf anaknya cengeng). Serius itu secara alami terjadi padaku. 

Mega Kusuma Dewi. Gadis yang bertahun-tahun aku mengenalnya, tahu persis gimana anaknya, tahu banget gimana kebiasaan hariannya, gadis spektakuler ngeyel tapi ngangenin ini tak disangka-sangka akan menikah dengan Mas Zeindha di Bulan Mei. Dua bulan lagi, pikirku saat itu. Barulah cerita mengalir bagaimana bisa tiba-tiba Bulan Mei dan bagaimana bisa Hari Jumat. Air mata masih mengalir. 

Aneh bagiku adalah saat tau, seseorang yang sering bersamaku, dengan segala apa yang aku ketahui, segala sesuatu hal yang mirip denganku, akan segera hidup bersama dengan orang lain dan bahkan di luar zona nyamannya. Menikah. Sesuatu yang selama ini sepertinya masih agak jauh dari circle ku. Bahkan Mega besok Minggu akan langsung bertolak ke Banyuwangi. Dari lahir sampai hari ini, Mega cuma tau Jogjaaaaaa.... Ia tidak pernah tinggal di tempat lain selain di Jogja. Maka tentu dia harus baik -baik menjalin tali dan simpul perkawanan yang baru di sana. 

Selain itu, jujur aku juga langsung terpikir bahwa sebentar lagi aku bisa saja segera menjadi Tante atau Aunty. Oh panggil aku Kakak saja, kumohon. Ha ha. Namun demikian, yang menjadi concern aku adalah bukan mengenai mengapa bisa dengan Mas Zeindha, sebab sebenarnya aku juga sudah tau ceritanya. Aku justru penasaran pada apa-apa yang akan ia lakukan setelah ia menikah di Banyuwangi. Apa yang sudah ia bicarakan dengan Mas Zeindha? Bagaimana rencana menyusun perekonomian dalam rumah tangga? Bagaimana membicarakan orang tua masing-masing? Bagaimana ia tinggal? Apakah yang diizinkan Mas Zeindha untuk dapat dilakukan oleh Mega? Bagaimana ia deal dengan Ibu mertua nantinya? Dan masih banyak lagi. 

Hari Minggu lalu aku bahkan sempat bertemu dengannya dan sempat juga menanyakan beberapa hal. Serius, Meg ini bukan karena tidak percaya atau tak yakin padamu. Tapi mungkin karena aku lebih tertarik nantinya kamu justru bisa mengajariku lebih banyak tentang hal-hal dalam mempersiapkan pernikahan dan bahkan saat menjalaninya. Kamu anaknya keras dan aku rasa sifat Mas Zeindha akan menyeimbangkan itu. 

Mega, gadis manis soleha sahabatku, aku sungguh tak meragu bahwa kalian akan hidup berbahagia. Pertanyaan-pertanyaan itu justru adalah pertanyaan yang akan membuatmu yakin bahwa kamu telah siap dengan kehidupanmu setelah menikah dan hidup di Banyuwangi. Itu terbukti bahwa kamu dapat menjawabmya dan mantap saat menyampaikannya. 

Satu lagi pesanku. Mega, rumah mu please jangan dicat merah muda semua, kasihanilah mata mata orang yang akan bertamu. Ha ha. 

Senang kita sudah sama-sama tahu bahwa kita sudah tumbuh dewasa. Bahkan kamu juga sudah memutuskan untuk menikah. Haha bagi bagi tips, info, trik, dan lain sebagainya ya.

Doaku untuk kedua mempelai, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah. Turut senang dan selamat menempuh perjalanan baru. Harapanku, semoga dalam kalian berumahtangga bisa membawa keberkahan bagi satu sama lainnya. Hidup berbahagialah, dan semoga selalu bisa menambah kecintaan pada Allah. Aku juga berdoa demi kelancaraan acara esok hari dan semoga setelahnya engkau dapat diberikan perjalanan rumah tangga yang baik. Tumbuh dan menualah bersama Mas Zeindha. Belajar dan berproseslah. Karena dari awal kalian memang tak pernah sama, jadi jangan memperdebatkan perbedaan. 

Love you,
Anggi Siregar
(Ini kartu ucapanku ya Meg, haha)

You Might Also Like

1 komentar

  1. "ketika kamu sudah memutuskan menikah, maka kamu memutuskan untuk menua bersama lebih lama." -Anggi Siregar

    Anggiiii baruu bacaaa (maklum akhirnya abis beli mofi wkwk)
    dan kuuu bapeeer paraah abis baca inii T.T
    masih inget quote di atas? aku selalu inget, dan terimakasih atas semua nya
    Love Love from Banyuwangi <3

    BalasHapus

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images