Aku Islam, Islam Aja

18.01

Baiklah tulisan ini sebetulnya sudah lama ingin aku tulis, tapi mungkin sekarang agak pas lah waktunya. Ya karena sudah plus ditambah hasil belajar di majelis ilmu. Selain itu pula, tulisan ini memang kebetulan topiknya berulang kembali diusik oleh percakapan sederhana waktu itu.

"Ma, kita tuh Islam apa sih, Ma?" 




Menjelang ujian agama saat duduk di bangku SMP, aku bertanya pada Mama pertanyaan yang demikian itu. Tergelitik dari lingkungan teman-teman satu kelas yang sebelumnya, saat belajar bersama praktik sholat, saling melontarkan pendapat.

"Kalau di A itu, bacaannya gini, Nggi..." 

"Nah aku kalau tahiyat, jarinya gini. Soalnya keluarga ku Islam B jadi beda lah sama Islam A."

Karena perihal yang berbeda inilah, aku terusik bertanya kepada Mama. Sebab, kalian tahulah kisah Mama yang segitu ketatnya kalau ngajar pelajaran agama sewaktu aku TK dan SD. Aku sesungguhnya penasaran, kalau mereka A, B, C, D, E lalu aku apa? 

Sebelum meneruskan kisah, aku sampaikan juga beberapa waktu lalu saat di meja sedang makan siang, tetiba kami (teman sekantor), membicarakan perihal hal serupa. Berangkat dari isu bias terhadap salah satu organisasi Islam. Kemudian berlanjut kepada sahut menyahut perihal organisasi yang kemudian dipahami sebagai aliran.

"Aku A."

"Aku B-lah. Ga kayak itu, dikit dikit bid'ah. B itu Islam fleksibel."

A dan B masih sahut menyahut tentang bagaimana 'aturan' di A, begitu pun di B. Oiya, A dan B ini tidak masing-masing 1 orang ya. 

Sampai kemudian salah seorang senior yang kebetulan agnostik bertanya kepada kami, "A, B, C, D, E itu semacam pembagian protestan dan katholik ya?" 

Beberapa lekas menjawab, "Iya."

Karena aku kemudian agak terkejut, kemudian aku menjawab, "Tidak." 

Karena sedari tadi aku diam, kemudian saat menjawab berbeda, kemudian mereka melihat ke arahku.
"Nah Lo Islam apa, Nggi?"

Kembali ke kisah aku dan Mama. Andai waktu itu Mama menjawab berbeda, pasti aku pun tak akan menjawab hal seperti bagaimana aku sampaikan kemarin. 

Mama sambil menyeterika baju, menjawab lugas, "Islam ya Islam saja. Kamu, Mama, Papa, Hasian, ya Islam saja. Nggak ada Islam kok dibagi-bagi."

Aku siang itu pun menjawab, "Ya Islam. Islam aja."

Kemudian salah seorang senior menjawab, "Aku juga Islam. Islam A. Nggak mungkin lah kamu Islam aja. Pasti adalah. Islam B ya?"

Pertanyaan senior itu membuat aku tersenyum. Persis. Pertanyaannya sama seperti pertanyaanku sewaktu dulu melanjut jawaban dari Mama. 

"Masak sih, Ma? Bukan A? Bukan B? Bukan C nih? Pasti adalah."
 
Mama, "Ndak ada. Islam ya Islam. Dah."

Aku menjawab sambil senyum ke seniorku, "Alhamdulillah sedari kecil, anggi diajarkan memeluk agama Islam aja Kak. Ndak Islam A, ndak Islam B, ndak yang lain lain." 

Menanggapi jawabanku itu, seorang yang lain menjawab, "Nah Lo terus ngikutin apa dalam beragama."

Lagi-lagi aku senyum. Bukan karena tidak menghargainya. Bukan. Tapi pertanyaan itu serupa dengan pertanyaan ke Mama saat itu.

"Lah masak sih, Ma? Terus kita ikut siapa, Ma?"

Sama seperti kurang lebihnya jawaban Mama, ku pun menjawab pertanyaan si kakak dengan jawaban serupa.

"Al-Qur'an dan Hadits."

Obrolan siang itu masih berlanjut. Memang jadi meluas sampai pandangan beberapa kelompok Islam Indonesia. Soal itu, lain waktu aku akan sampaikan. Sekarang mari kita berdiskusi dengan sesuai judul saja.

Aku tumbuh di lingkungan perumahan yang kebetulan mayoritas merupakan orang Islam yang anggota keluarganya turun temurun aktivis salah satu organisasi Islam. Sementara lingkungan nenekku adalah mayoritas orang Islam dengan kelompok lainnya. Jadi setidaknya aku cukup akrab dengan 2 kelompok agama Islam ini. Secara umum, aku hampir tak dapat membedakan mana yang A mana yang B. Karena sesungguhnya saat kami menjalankan ibadah wajib, semua menjalankan wajib itu. 

Tanpa menyoal detail A, B, dan C, sebetulnya satu refleksi tentang ini adalah bukan kemudian A, B, C menjadi pembeda menjadi pemisah sebagai sesama muslim. Apalagi bila di depan orang kafir kita sebagai sesama orang Islam malah saling menjatuhkan satu sama lain dan menjelek-jelekkan entah itu ajaran Rasulallah atau juga para sahabat Nabi. Jangan sampai. 

Dalam sebuah majelis ilmu, disampaikan bahwa agama Islam diturunkan dalam 1 rupa. Ya Islam saja tidak ada Islam A, B, C, dan seterusnya. Jelas panduannya atau buku manualnya adalah Al-Quran dan Hadits. Sunnah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Jelas. Pun dalam agama, pernah disampaikan oleh ulama, bahwa dalam belajar agama, jangan dengan "menurut saya" semua sudah ada panduan, cari di panduannya secara sederhana demikian. Kalau tidak tau, lebih baik dijawab setelah belajar kembali kepada sumber yang tepat. Haha. Mengapa demikian? Karena terkadang berbeda orang, berbeda pula pandangan atau pemaknaan atas satu ayat, atau satu penggal hadits dan sebagainya. 

Islam ya adalah Islam. Ketika belajar haruslah kesemua bagiannya. Jangan sepotong-sepotong atau malah sekedar mengambil yang disukai dan mengabaikan sebagian lain yang tak cocok dengan 'pemahaman'. Lalu kemudian berkoar dan menyudutkan satu golongan dan golongan lainnya berbalas demikian seterusnya.

Aku menyenangi bahwa agama Islam adalah agama yang aku anut. Percaya atau tidak, aku pernah tidak PD dengan jilbab yang aki kenakan pun Mamaku. Tapi hari ke hari aku belajar, aku justru belakangan mau berubah. Karena apa, Islam itu agama yang indah kok. Yang kalau menegur perbuatan salah saja, tidak boleh dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Apalagi sampai melukai secara fisik. 

Seorang yang ahli ibadah saja belum tentu diterima ibadahnya apalagi seorang yang malah menyenangi perbuatan munkar. Astaghfirullah. Maka, ketimbang sibuk menghakimi A, B, C, D dan sebagainya. Lebih baik bangga lah mengucap bahwa "I am a Moslem. Just a Moslem." 

"Aku Islam. ya Islam saja. Landasannya Al-Quran dan Hadits. Dah."

Perkara belum baik agama itu nampak pada orang-orangnya termasuk salah satu tugas kita memang untuk saling mengingatkan. Tapi Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan bagaimana cara menegur, menasehati baik kepada sesama muslim bahkan sampai bagaimana berlaku ihsan kepada munafik dan kafir. Jangan tergesa meneriaki A B C sebagai sesat. Karena toh penghujung kita dan dia belum ada yang tau. 

Semoga Allah limpahkan keberkahan bagi kita serta ilmu yang bermanfaat sehingga dapat memperkuat kita sebagai umat Islam yang bersatu dan tidak dikotak-kotakkan oleh pemahaman A, B, C dan D. Aamiin Allahuma Aamiin.

You Might Also Like

0 komentar

@anggsiregar

My Other Planet

www.delianisiregar.blogspot.com

Flickr Images